Sejarah, Difinisi, Ciri-Ciri, Fungsi, dan Contoh Tari Istana

Tari merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya manusia sejak zaman kuno. Salah satu jenis tarian yang mencerminkan kekuatan, keindahan, dan warisan budaya adalah tari istana. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dunia tari istana, melihat sejarah, difinisi, ciri-ciri, fungsi dan contoh yang terkandung di dalamnya.

Sejarah Tari Istana

Tari istana memiliki akar yang dalam dalam sejarah, terutama di berbagai kerajaan di seluruh dunia. Tarian ini bukan hanya hiburan, tetapi juga bagian integral dari upacara kerajaan dan ritual keagamaan. Di Indonesia, tari istana telah ada sejak zaman Majapahit, dan seiring berjalannya waktu, pengaruh Hindu, Budha, dan Islam membentuknya menjadi tarian yang lebih beragam dan kaya makna.


Definisi Tari Istana

Tari istana adalah tari yang lahir di lingkungan istana, hidup dan berkembang sejak zaman feodal. Tari ini dipersembahkan untuk para raja dan diturunkan secara turun-temurun di kalangan bangsawan.

Ciri Ciri Tari Istana

Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tumbuh dan berkembang di istana

Tari istana lahir dan berkembang di lingkungan istana, baik pada masa kerajaan maupun kesultanan. Tari ini dipersembahkan untuk para raja atau sultan sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian.

2. Memiliki aturan tertentu atau baku

Tari istana memiliki aturan atau pakem yang harus diikuti, baik dalam hal gerakan, kostum, maupun musik. Aturan ini bertujuan untuk menjaga kemurnian dan nilai artistik tari istana.

3. Mengalami proses kristalisasi

Tari istana telah mengalami proses kristalisasi, yaitu proses pematangan dan penyempurnaan bentuk tari melalui tata garap yang memiliki nilai artistik tinggi. Proses ini berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad.

4. Diciptakan oleh empu tari

Tari istana diciptakan oleh empu tari, yaitu penari atau seniman yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam bidang tari. Garapan tarinya telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup lama.

5. Bersifat klasik langgeng (abadi) dan bernilai kekal (tidak berubah)

Tari istana bersifat klasik dan bernilai kekal. Artinya, tari ini tidak lekang oleh waktu dan selalu dilestarikan oleh masyarakat.

6. Gerak serasi, sederhana, dan tidak berlebihan

Gerak tari istana bersifat serasi, sederhana, dan tidak berlebihan. Gerak ini disusun dengan memperhatikan kaidah-kaidah estetika dan koreografi.

7. Bentuk gaya dan geraknya gemulai dan kalem

Bentuk gaya dan gerak tari istana gemulai dan kalem. Gerak ini mencerminkan kelembutan dan keanggunan penari.


Fungsi Tari Istana

Fungsi-fungsi Tari Istana dapat diuraikan sebagai berikut:

Penobatan

Tari istana sering ditampilkan dalam upacara penobatan raja atau sultan. Tari ini berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan legitimasi kekuasaan raja atau sultan kepada masyarakat.

Penyambutan tamu

Tari istana juga sering ditampilkan dalam upacara penyambutan tamu. Tari ini berfungsi sebagai sarana untuk menyambut tamu dengan suka cita dan keramahan.

Pernikahan agung

Tari istana juga sering ditampilkan dalam upacara pernikahan agung. Tari ini berfungsi sebagai sarana untuk merayakan pernikahan dan mendoakan kebahagiaan kedua mempelai.

Hiburan

Tari istana juga dapat berfungsi sebagai sarana hiburan. Tari ini biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti pesta pernikahan, festival budaya, atau pertunjukan seni. Tari ini berfungsi untuk menghibur masyarakat dan memberikan pengalaman estetika yang tinggi.

Sebagai sarana pelestarian budaya

Tari istana merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Tari ini memiliki nilai estetika, nilai historis, dan nilai budaya yang tinggi.


Contoh Tari Istana

1. Bedhaya Sapta


Bedhaya Sapa merupakan ciptaan Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Sapta berarti 7, mengacu pada jumlah pemain tari Bedhaya Sapta yang berbeda dari tari-tari bedhaya lain yang lazimnya dipentaskan 9 penari. Tari ini bercerita tentang Pangeran Lirbaya dan Pangeran  Nampabaya yang diutus menuju Tanah Pasundan. Namun, di tengah perjalanan Pangeran Lirbaya malah terpikat dengan putri jin. Bedhaya Sapta berfungsi untuk menjamu tamu negara di Kepatihan.

2. Beksan Lawung Ageng

Beksan Lawung Ageng merupakan ciptaan Sri Sultan Hamengkubuwana I. Beksan Lawung Ageng menggambarkan ketangkasan para prajurit kraton. Lawung Ageng, Lawung Alit, dan Sekar Medura merupakan tarian serangkai yang juga dikenal sebagai Beksan Trunajaya Beksan Lawung Ageng dipentaskan untuk merayakan pernikahan agung putra-putri Sultan.

3. Golek Menak


Golek Menak merupakan drama tari yang bersumber dari Serat Menak. Golek Menak adalah tarian yang diciptakan Sri Sultan Hamengkubuwana IX.Tari Golek Menak terdiri dari dua bentuk beksan, yaitu perang antara Dewi Sundarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang anatara Prabu Dirgamaruta melawan Raden Maktal.Golek Menak berfungsi sebagai bentuk hiburan dan pada umumnya, dipentaskan pada acara-acara besar di Keraton


Tari istana adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Mereka mencerminkan keindahan, kekuatan, dan makna dari budaya Indonesia. Melalui gerakan yang memukau dan kostum yang megah, tari istana menghidupkan cerita-cerita kuno dan mengajak kita merenung tentang warisan kita yang kaya.

Posting Komentar